Kalanari: Sebuah Keluarga
Refleksi Gandez Sholeekah untuk Empat
Tahun Kalanari
Pertama kali bergabung dengan Kalanari
Theatre Movement pada tahun 2013. Tidak mempunyai cukup alasan untuk
menjelaskan kenapa ingin bergabung. Dengan segala kekurangan yang ada, Kalanari
berkenan menampung saya. Begitu banyak hal yang saya dapatkan dari Kalanari,
entah itu ilmu teater, kekeluargaan (lebih tepatnya penampungan anak kos),
kesadaran dan pengalaman pentas tentunya.
Gandez Sholeekah dalam Kapai-kapai (atawa Gayuh), Taman Budaya Jawa Tengah, 26 September 2013 | Foto: Ari Gunawan |
Berbicara tentang Kalanari, mungkin
tidak akan mampu diungkapkan lewat kata-kata (karena saya terlalu malu), tetapi
Kalanari memberikan kenyamanan tersendiri buat saya. Selama hidup 22 tahun ini,
Kalanari-lah yang mengajarkan kepada saya seperti apa kesadaran bernapas. Maka
saya semakin bersyukur kepada Tuhan karena telah memberikan oksigen yang tidak
akan pernah habis dan juga bersyukur telah berkenalan dengan Kalanari.
Berbicara tentang perjalanan proses
bersama Kalanari, sebagai seorang aktor di Kalanari (maaf jika terlihat
angkuh), saya sering tidak cepat memahami apa yang diinginkan oleh Pak
Sutradara, Om Iib (panggilan sayang saya dan Dayu). Bukan karena beliau kurang
jelas untuk mentransfer pikirannya, tetapi memang saya sadari bahwa sayalah
yang sedikit agak lama untuk memahaminya. Akhirnya yang saya lakukan adalah
berjalan atau bergerak terlebih dahulu baru berpikir mencoba memahami apa yang
baru saja saya lakukan. Tapi Om Iib menginspirasi sekali, ck-ck-ck....
Selama berproses dengan Kalanari, saya
banyak mendapatkan ilmu dari Om Andika (buat saya, beliau adalah seorang suhu),
jika semua yang sudah saya dapatkan bisa dituliskan di sini, pasti akan butuh
beratus lembar. Mungkin saya akan sebutkan salah satu ilmu yang diberikan Om
Andika, yaitu bagaimana kita memahami tubuh kita sendiri.
Kalanari membuat saya merasa memiliki
keluarga baru. Dua orang bapak dan seorang ibu. Seperti halnya orang tua yang
mengajarkan pada anaknya tentang hal-hal yang indah dan pahit di dunia ini.
Berbagai macam rasa telah saya dapatkan di keluarga ini. Apalagi sosok Kakak
Dina yang membuat saya terdorong untuk menjadi seorang perempuan yang strong
dan mandiri.
0 komentar